- Posted by : Adi Mulyadi
- on : Saturday, June 12, 2021
بسم الله الرحمن الرحيم
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kemudahan bagi hambanya yang selalu berusaha dan tidak melupakan berdo’a, buku kecil ini adalah dokumen masa lalu yang didedikasikan sebagai aplikasi dari perintah Allah dalam Al-qur’an :Surat Adh-dhuha ayat 11:
واما بنعمة ربك فحدث
Artinya;
"Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu menyebut nyebutnya (dengan bersyukur)". atas dasar itulah maka buku kecil ini terlahir, disamping sebagai momentum tasyakkur juga sebagai fakta yang membuktikan kebenaran hadits Qudsi, yang berbunyi,
عن أبي هريرة - رضي الله عنه - قال : قال النبي - صلى الله عليه وسلم - : يقول الله تعالى : أنا عند ظن عبدي بي ، وأنا معه إذا ذكرني
Dari Abu Hurairah RA. dia berkata, ”Rasulullah SAW bersabda, Sesungguhnya Allah berkata: "Aku sesuai prasangka hambaku pada-Ku dan Aku bersamanya apabila ia memohon kepada-Ku" (HR Muslim) . Dalam hal ini Mahatma Gandhi berkata “the Future is your mind” bahwa masa depanmu adalah apa yang engkau fikirkan, jadi : “hari ini adalah hari kemarinmu dan hari esok adalah hari ini-mu” dalam istilah lain dikatakan “today is yesterday and tomorrow is today”.
Melalui tulisan ini semoga menjadi bahan tasysakkur dan tafakkur bahwa hidup ini adalah sesuatu yang harus diperjuangkan.
Wallohu A’lam
Silsilah Keturunan
Abby, begitulah anak anak memanggilnya dan Sebagian teman temanya memanggil dengan sebutan Bouya, beliau dilahirkan pada hari selasa hari ke enam bulan ke enam di tahun 1972 dari pasangan Bpk H. Muksin dan Umi Hajjah Fahitah, yang kemudian di beri nama Samsudin, ayahnya merupakan keturunan dari Ki Maslamun Merto, yang merupakan salahsatu keturunan Cirebon yang membuka kampung Bantar Panjang Jampang Kulon Surade Sukabumi. pada saat itu sang ayah diberangkatkan ke Cianjur untuk menimba ilmu dengan cara mondok menjadi santri Abuya Benjot, namun Abuya begitu baik kepadanya sehingga bukan hanya ilmu yang diberikan, bahkan abuya menikahkan sang ayah pada putri sulungnya yang bernama Hj. Fahitah. Sementara Abuya adalah santri Ama Cibitung yang juga dahulu di tikahkan pada cucunya yang bernama Emak Hajjah Lugoyah, Ama Cibitung adalah seorang ulama kharismatik Jawa Barat yang memiliki silsilah nasab ke waliyyulloh Syekh Muhyi Pamijahan, sekaligus paku Jawa Barat yang telah banyak menularkan dan melahirkan ulama ulama karismatik di tanah Pasundan, yang juga merupakan salahsatu santri Syekh Kholil Bangkalan Madura, sekaligus karuhun kebanyakan kiayi dan ulama di wilayah Jawa Barat dan Banten.
Hobby dan Masa Kecil
Ketika kecil beliau biasa dipanggil dengan panggilan kecil “mang Acu”, beliau adalah anak ke empat dari empat bersaudara, diantara saudara saudaranya adalah, (1) bernama H. Hijazi; dan ke (2) adalah Jahrudindan ke (3) adalah Mukhtar Gozaly, beliau bersama ke tiga kakak kakanya hidup dan tinggal bahkan bermain di lingkungan pesantren Benjot Sukasirna sejak kecil sampai dewasa, sukasirna adalah pesantren sang kakek, yang pada akhirnya dikenal dengan nama Riyadul Alfiyah merujuk pada kitab kesukaan Abuya, beliau bersama saudara saudaranya menghabiskan masa kecilnya sampai separuh masa remajanya bersama santri santri yang mondok di Abuya yang tidak lain adalah sang kakeknya sendiri, hingga pada suatu saat ketika usia beliau menjelang remaja, tepatnya pada umur 16 tahun barulah beliau mulai mengikuti pengajian kitab bandongan bersama para santri dewasa, yang sebelumnya hanya mengikuti pengajian sorogan dan talaran tashrifan pada kakaknya sendiri atau pada santri yang dianggap telah senior.
Sejak kecil beliau terkenal dengan sifatnya yang “polos dan iseng” sehingga tidak sedikit santri yang pernah merasakan buah keisengan dan ulah tangan jahilnya, diantara sebagian kejahilannya adalah jebakan setrum, bahkan pintu kamarnya acapkali dipasang sertum untuk menjebak santri lain yang akan membangunkan subuh atau yang hanya sekedar bermaksud ingin masuk ke kamarnya, bahkan beliau sengaja menawari minum bersama sementara cangkirnya telah dipasang jebakan setrum, belum lagi jebakan jebakan lain yang membuat hati jengkel, semisal makan tahu diisi pasir atau cabe saat makan bersama, dan sejuta keisengan serta kejahilannya yang terkadang membuat teman atau santri lain geleng geleng kepala, karena sifatnya yang polos dan iseng itulah maka teman temanya memberi nama landihan (laqob) dengan sebutan si Ja'i atau si Caduk.
Sejak kecil beliau sangat hobi nonton film film bernuansa perkelahian dan kanuragan, seperti film yang dibintangi Beri Prima vs Advent bangun, Suzanna dan film film Kung fu seperti jet lee dan wong fei hung, maka atas sebab itulah teman teman nya terkadang menyebutnya dengan panggilan si cen-lung. Di sisi lain beliau juga memang terlihat banyak memiliki hobby dan kesukaan yang berbeda dari ketiga saudaranya, diantara hobinya adalah beliau menyukai menggambar atau melukis serta membongkar peralatan elektronik, sehingga acapkali setiap barang elektronik yang ada dapat dipastikan tidak akan luput dari bongkar tangan beliau (meski tanpa pasang), bahkan kerap kali beliau memperbaiki radio atau tape yang rusak dan di modifikasi menjadi radio unik, dan bahkan tidak jarang juga barang buatannya di jual pada teman temannya, atau bahkan beliau membuat alat elektronik sendiri dengan membeli bahan bahannya, baik untuk digunakan sendiri maupun pesanan orang lain, seperti merakit radio, tape, ampli atau radio pemancar ( Rojer ).
Di balik sifat nya yang terkadang membuat geleng kepala, namum beliau termasuk anak yang dianggap sebagai anak yang tergolong rajin dan kreatif, beliau rajin muthola’ah kitab kitab tertentu dan membawa permaslahan kitab yang dianggap tidak paham ke hadapan gurunya yang tidak lain adalah sang paman sendiri, sehingga teman temanya menganggap beliau memang memiliki kelebihan tersendiri, dan pada akhirnya banyak santri santri yang merasa tertarik untuk mengikuti pengajian di kamarnya, bahkan kian hari semakin bertambah banyaklah santri santri dewasa yang mengikuti pengajian dikamarnya, bahkan sampai meluap ke selasar pondok, disamping itu, beliau juga memiliki kesukaan pada bidang dakwah, sehingga beliau selalu senang jika mendapatkan giliran tampil pada acara muhadhoroh, bahkan beliau selalu mengisi kultum setiap sahur bulan Rhomadhon melalui speker yang terpasang di masjid, bahkan di usia masih relative remaja beliau sudah mengisi pengajian rutinan di majelis pengajian yang ada disekitar kampung pesantren.
Bakat dan Pendidikan
Sejak kecil beliau memang memiliki hobby dan bakat yang berbeda dengan saudara saudara nya, diantara hobbinya adalah bermain setrum, sampai sampai setrum baginya dianggap kawan, beliau biasa menyentuh langsung setrum tanpa pengaman, disamping itu juga beliau sangat menyukai otak atik elektronik, bahkan terkadang penyolderan beliau lakukan diatas tempat tidur hingga kasurpun hangus terbakar solder, dan terkadang sang ibu yang bernama Hj. Fahitah nampak duduk di ujung tempat tidur sambil menyaksikan beliau melakukan hobbynya, bahkan semua bakat tersebut masih kerap dapat dilihat sampai beliau telah mukim dan mengurusi rumah tangga, terbukti ketika telah mukim ada juga kiayi yang datang memesan untuk dibuatkan ampli masjid, bahkan disela sela menyelesaikan tugas rutin harian beliau masih sempat sempatnya menyempatkan ngutak ngatik barang elektrik, dan bahkan ampli dan speker yang dipergunakan di majelis, pondok dan sekolahpun adalah merupakan buah dari kreatifitasnya, bahkan disela sela hari menjalani tugas pun terkadang beliau selalu menyempatkan sambil memperbaiki peralatan elektronik meskipun hanya sekedar chek sound saja.
Seperti halnya dalam hal hobbi elektronik, juga dalam hal hobi menggambar pun masih nampak dan dapat disaksikan dengan banyaknya coretan dan gambar pada dinding kamar (persis seperti masa kecil yang selalu mencoreti dinding dan pintu rumah dengan cat bahkan sampai memenuhi semua dinding), disamping itu juga beliau memiliki hobby di bidang arsitek dan seni ukir, semua itu terbukti dengan masih sempat sempatnya beliau membuat relief dan kolam hias dipekarangan sekolah bahkan didalam rumahnya sendiri, disamping itu, juga beliau adalah penyuka seni kaligrafi yang didapatkan dari hasil belajar Bersama paman sendiri, meski tidak sempat jadi juara, namun beliau pernah menjadi utusan MTQ tingkat provinsi bidang kaligrafi dari kota Bogor, yaitu dari Pondok Pesantren Al-Itqon yang dipimpin oleh KH. Ridwan Alawi atau dikenal dengan panggilan Ayah. Bahkan saking hobinya pada seni kaligrafi beliau juga menyempatkan diri untuk berkeliling atau memasang stand dadakan di pinggiran jalan raya Cianjur untuk menawarkan jasa tulis nama (kaligrafi) pada kertas dan media lainnya, termasuk menerima jasa sablon dan membuat karya seni kaligrafi pada media kaca, meskipun hanya sekedar hobbi saja.
Ketika usianya telah menjelang dewasa diperkirakan pada tahun 1996, beliau mulai berkeinginan untuk belajar dan mondok ke pesantren lain, namun karena keinginannya tidak didukung kondisi ekonomi yang memadai, maka beliau hanya berkesempatan mengikuti pasaran pasaran (sanlat) saja, diantaranya beliau pernah berguru di Pesantren Cikolotok untuk mempelajari kitab Fathul Mu’in dan selanjutnya beralih Pesantren Bunikasih, Ciranjang, Cipanas, dan bahkan sempat juga belajar ke Pesantren yang berada diluar Cianjur, seperti pesantrenRiyadult tafsir Bogor yang di pimpin oleh pangersa Akang Haji Saepudin (yang kerap disapa dengan laqob Cep Ladun), di samping itu, juga beliau sempat berguru ke pesantren yang berada di wilayah Sukabumi. Dan juga beliau pernah berguru di bidang ilmu kebatinan di pondok pesantren Alma’rifah yang berada di daerah Gempol Cirebon, dan pondok Pesantren Darussalam dibawah asuhan Romo Jauhari Umar yang beralamat di daerah Tanggulangin Kejayan Pasuruan Jawa Timur, serta belajar di pondok pesantren Fathul Ulum Kwagean Kediri yang waktu itu pimpin oleh Romo Hannan. (semoga Allah senantiasa memberi Rahmat kepada mereka semua).
amin
Pengalaman Remaja
Jelang usia remaja, kira kira beliau telah menghabiskan masa mondoknya selama 7 sampai 8 tahun, tepatnya pada usia 24 tahun kira kira tahun 1998, karena didorong oleh keinginannya berkelana dan mencari pekerjaan, maka akhirnya beliau harus memutuskan pergi meninggalkan kampung halaman menuju sebuah kota yang berada di kepulauan Riau tepatnya kota Batam karena tergiur oleh ajakan seseorang yang sebelumnya tidak pernah kenal, yaitu Rusli Abdul Wahid yaitu orang Medan yang kebetulan kuliah di STAI AL-Azhar sambil mondok di pondok pesantren Al-BarkahCianjur yang dipimpin oleh pangersa KH. Abdul Qodir Rozy atau disapa dengan panggilan Ustadz Koko, yang kebetulan beliau sedang mencari ustadz yang bersedia mengisi kegiatan di sebuah majelis ta'lim dan rumah sakit bersalin di Kota Batam, maka tanpa berfikir panjang akhirnya beliau langsung menyanggupi tawaran tersebut, dan akhirnya hanya menunggu beberapa hari beliau langsung melakukan penerbangan berangkat menuju Batam, tepatnya hari Ahad dini hari, beliau langsung berangkat ke Jakarta menuju Bandara Soekarno Hatta untuk selanjutnya terbang menuju Batam kepulauan Riau bersama ustadz Rusli.
Pada proses keberangkatannya ke Kota Batam sungguh terdapat hal yang unik namun memiliki makna yang sangat dalam, dimana jauh sebelum keberangkatannya ke Batam beliau telah bercita cita berangkat ke Batam untuk berdagang roti karena mengikuti beberapa temannya yang telah lebih awal berdagang roti disana, dan ternyata Allah mengabulkan segala rencananya untuk berangkat ke Batam meskipun dengan realita yang berbeda, yaitu harus tinggal disebuah yayasan yang bergerak dibidang pelayanan kesehatan sekaligus pengajian, yang di pimpin oleh Bapak H.Saidul Khudri. Selama di Batam beliau acapkali memenuhi panggilan ceramah ke area pabrik dan masjid serta majelis ta’lim se-kota Batam dan bahkan ke wilayah luar Batam bahkan sampai ke pedalaman pulau, disamping itu, beliau juga disuguhi aktifitas mengisi pengajian rutinan dengan kajian materi kitab Tafsir Jalalen dan Nashoihul ‘ibad yang dihadiri oleh para karyawan perusahaan di Batam.
Selama di Batam beliau mendapat pelajaran dan pendidikan yang luar biasa, diantaranya, beliau di didik dengan pendidikan kemandirian, disamping ilmu ilmu yang lainnya. pengalaman pertama dan sekaligus tantangan (yang tidak bisa terlupakan) adalah ketika beliau sampai di Batam, di mana beliau langsung mendapat tugas pertama, yaitu harus mengisi ceramah di sebuah pabrik elektronik bernama Kyocera dengan agenda acara pergantian dan pembinaan pengurus majelis ta’lim, tentu hal itu merupakan tantangan besar sekali, betapa tidak, karena beliau harus ceramah di tempat baru dengan materi baru ditambah bahasanya juga belum terbiasa, belum lagi jamaahnya 99 % adalah kaum hawa dengan status single parent atau masih gadis, namun Alhamdulillahtantangan tersebut dapat terselesaikan dengan baik dan lancar, dan Alhamdulillah mendapat sambutan cukup hangat dari jamaah yang hadir, bahkan kelihatannya mereka cukup puas dengan materi yang telah disampaikan, meskipun dengan bahasa Indonesia yang masih agak agak kagok.
Perkawinan dan Perjuangan Awal
Hari demi hari dilalui dengan tantangan yang sangat variatif, baik pahit maupun manis, hingga tak terasa 2 tahun sudah menimba pengalaman di tanah rantau, hingga akhirnya beliau harus pulang untuk menikahi putri kedua dari delapan bersaudara Mama Cipoek (KH.Ilyas Tafsiri) yang bernama Nurjamilah, yang waktu masih mondok di pesantren Al-AkhyarBungbulang, yaitu sebuah pesantren Alqur’an dan kaligrafi, yang dikelola oleh Alm Kiayi Haji Usmu’i (Papah) yang beralamat di Bungbulang Ciranjang Cianjur, pilihan itu tentu bukan tanpa perjuangan, meskipun sebelunya beliau hampir menjalin pernikahan dengan salahsatu jamaah pengajian di kota Batam, bahkan beliau sudah merencanakan untuk tinggal disana, dan hal itu dibuktikan dengan membuat kartu nama untuk panggilan ceramah dengan alamat Batam, namun ternyata Allah berkehendak lain, bahkan beliau masih menyempatkan berkeliling ke beberapa wilayah untuk mencari calon pasangan hidupnya, tetapi akhirnya Allah telah menetapkan pilihan hidupnya, melalui sebab informasi yang didapat dari pamannya yang kebetulan mondok di Cibadak Cipanas yang tidak lain adalah pesantren kakaknya sendiri yang dulu belajar ilmu tashrif kepadanya. Setelah beliau menjatuhkan pilihan dan memastikan pernikahannya namun beliau masih sempat berangkat dan tinggal kembali di Batam selama tiga bulan, dengan harapan beliau mendapatkan sedikit biaya tambahan untuk pernikahannya, dalam waktu yang relative ini beliau menjadikan sebagai kesempatan terbaik untuk mendapatkan sedikit tambahan biaya untuk bekal pernikahannya, bahkan waktu itu beliau sempat juga mengasingkan diri selama 40 hari di kepulauan Tanjung Pinang demi untuk menyelesaikan tirakat amalan yang didapat dari salahsatu gurunya di Pasuruan Jawa Timur.
Setelah beliau melewatkan 3 bulan, akhirnya beliaupun pulang untuk memenuhi janjinya, yaitu menikahi putri ke tiga dari KH.Ilyas Tafsiri, tepatnya pada hari Ahad bulan Juli tahun 2000, dengan diantar oleh para sanak saudaranya, bahkan termasuk para jamaah dari Batampun ikut bersuka cita memberikan ucapan selamat bahkan turut serta mengambil bagian dalam rombongan pengantar pernikahan, seusai melaksanakan pertikahannya, maka beliau di minta langsung mukim bersama mertuanya untuk membantu mengelola kegiatan pesantren dan membantu mengurusi kegiatan di pesantren nya, yang ketika itu seolah olah kurang tertangani oleh mertuanya karena sebab kesibukannya melayani para tamu tamu yang datang, yang jumlahnya cukup menyita waktu, disamping waktu itu sang mertua belum memiliki putra yang sudah cukup dewasa yang bisa membantunya.
Pahit Manis Kopi Perjuangan
Selang beberapa bulan setelah beliau mengakhiri masa lajangnya beliau begitu sibuk menangani pengajian santri, meskipun jumlahnya relative sedikit, sekitar 70 orang, disamping itu, beliau juga sibuk mengisi panggilan ceramah pengajian dan terkadang harus menggantikan pengajian sang mertua, panggilan pengajian tersebut terkadang sampai ke pelosok perkampungan yang tidak dapat dijangkau kecuali dengan berjalan kaki, bahkan terkadang beliau harus digendong untuk melintasi sungai yang cukup deras dan dalam, dan tidak jarang beliau harus nginap dan pulang pagi dari tempat pengajian yang lokasinya cukup jauh, bahkan puncaknya sampai harus siap dengan resiko mendapat serangan gaib, dimana beliau pernah diserang saat pengajian, hingga seluruh badan dari atas kepala sampai kaki terasa bergetar dan terasa kesemutan, bahkan sampai pulang kembali kerumah.
Disamping sibuk mengisi panggilan pengajian beliau juga terus befikir dan mencari solusi serta upaya untuk bisa meningkatkan santri secara kuantitas, hingga akhirnya Allah membukakan hatinya mengambil suatu keputusan untuk mendirikan Yayasan, akhirnya dengan bermodalkan uang sebesar sepuluh juta rupiah yang didapatkan dari bantuan Bupati Cianjur yangbernama Wasidi, maka beliau membulatkan hati untuk mendirikan Yayasan, hingga akhirnya beliau ditemani adik Iparnya (Aa Dede) dengan mengendarai motor kecil merek Legenda berangkat menuju salahsatu Notaris yang beralamat di perum Pasirhayam yang bernama Dra. Suci Amatul Qudus SH. Dan dengan tanpa kesulitan, akhirnya beliau berhasil mendirikan badan hukum dengan ditandai terbitnya akta notaris dan surat pendaftaran izin dari Kementerian Hukum dan hak Azasi manusia (Kemenkumham). maka mulai saat itu akhirnya beliau mulai mendirikan lembaga panti asuhan (PSAA) dan beliau namakan “Kasih Ibu” yang menampung santri santri dengan kondisi tidak mampu dan yatim piatu. Akhirnya mulai saat itu beliau terus memperluas jaringan dan koneksi kedinasan, dari mulai dinas sosial kabupaten dan provinsi, serta kementerian agama termasuk dinas pendidikan dan pemerintah daerah (pemda), berkat komunikasi dan konsolidasi yang terus dilakukan akhirnya beliau berhasil mendirikan lembaga lembaga pendidikan lainnya. diantaranya program TPA/TPQ dan (DTA) Madrasah Diniyah Bina Insan, dan kemudian dilanjut dengan mendirikan lembaga pendidikan Formal MTs dan MA, serta melegalisasi pondok pesantren dan menyelenggarakan program pendidikan kesetaraan tingkat salafiyah wustho, meskipun pada akhirnya berhijrah menjadi program madrasah Tsanawiyah.
Merintis Lembaga Pendidikan
Perjuangan awal dalam mempertahankan lembaga lembaga yang telah didirikannya bukanlah tanpa kesulitan dan permasalahan, bahkan banyak permasalahan muncul dalam menjalankan roda operasional Yayasan, namun beliau bersama istrinya begitu sabar menjalaninya dengan segala keterbatasan fasilitas ditambah dengan kondisi pembiayaan yang sangat minim sekali, sampai sampai beliau rela memunguti sayuran yang telah dibuang petani di kebun untuk mencukupi makan santri asuhnya, memang terkadang beliau mendapat bantuan dana social untuk membiayayi operasional panti, namun tentunya bantuan yang didapat relative tidak mencukupi, belum lagi hal itu terkadang menjadi sebab datangnya permasalahan baru, yaitu pantauan usil kaum pers alias wartawan, sehingga tak jarang beliau harus menjalani hari dengan penuh kewaswasan yang disebabkan “ancaman” wartawan yang datang untuk mencari kelemahan dan kekurangan untuk dijadikan alasan melakukan pemerasan, bahkan beliau harus terburu buru saat mengisi ceramah di luar kota karena ada telpon dari wartawan yang menginginkan bertemu secara langsung untuk melakukan introgasi, dan dengan tergesa gesa beliau pulang untuk melakukan pertemuan di suatu tempat, disisi lain, beliau juga harus mempertahankan eksistansi madrasah aliyah dan lembaga lembaga lain, tentu saja hal tersebut membuat beliau begitu lelah karena harus mencurahkan tenaga dhohir dan batin, bahkan terkadang membuat hati putus asa, namun beliau tetap bersyukur karena kesibukannya cukup terbantu oleh tenaga tenaga sukrelawan yang ikut merintis kelahiran madrasah waktu itu, dan salahsatunya adalah Dedi Hermawan dari Sukapura Warung karet, yang terkadang mendorong beliau untuk tidak mundur dalam berjuang, sehingga akhirnya beliau terus maju tanpa putus asa.
Dalam menjalani tugas merintis madrasah, beliau rela harus mengajar hampir disemua mata pelajaran karena memang keterbatasan guru waktu itu, belum lagi memikirkan sisi finansial, beliau harus memikirkan biaya ekstra demi menjaga keberlangsungan kegiatan pembelajaran di madrasah, karena sesungguhnya memang beliau tidak memiliki sumber penghasilan yang tetap untuk di pergunakan sebagai pembiayaan madrasah, lebih lebih tak seorangpun ada yang ambil peduli tentang hal itu, kecuali istri yang selalu membantu dan membesarkan hati beliau. Disamping hal yang berkaitan dengan finansial, juga permaslahan lain datang bertubi tubi, yang bersumber dari masyarakat dan siswa itu sendiri, karena pada saat itu siswa masih bersifat keluar masuk (tidak wajib mondok), klimaksnya bahkan pernah terjadi kasus dimana siswa madrasah menjadi pelakuknya, diantara kasus kasus yang hampir mencemarkan nama baik adalah terjadi kasus perzinahan siswa Aliyah, dan juga kasus narkoba dikelas, dimana siswa Aliyah ada yang menjadi pengedar narkoba dipesantren, tentu saja hal itu memicu permasalahan yang amat besar yang melibatkan insan pers dan masyarakat, namun beliau yakin bahwa semua itu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari alur cerita yang harus dijalani.
Kelahiran Anak dan Momen Penting
Dari buah pertikahannya, akhirnya pada tahun 2001 tanggal empat bulan Januari akhirnya beliau dikaruniai keturunan, dengan lahirnya anak pertamanya yang bernama Muhammad Rifqi Najib Abdillah, momen terpenting dari kelahiran anak pertamanya adalah ketika proses kelahiran, saat itu sang jabang bayi tidak juga kunjung lahir meskipun rasa sakit melahirkan telah dirasakan, akhirnya sang istri dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cianjur, dan sesampainya di rumah sakit maka sang bayipun lahir dengan normal, ternyata anak pertamanya menginginkan dilahirkan di rumah sakit, mungkin hal itu terpengaruhi oleh pikiran beliau yang berfikiran agar anaknya dilahirkan dirumah sakit supaya ditangani oleh bidan dan dokter, karena sebelumnya (ketika di Batam) beliau selalu hidup bersama dokter kandungan dan para bidan.
Selang tiga tahun kemudian tepatnya pada 20 Juni 2004 lahirlah anak yang kedua yang dilahirkan dengan lancar meski hanya ditangani oleh bidan dan emak beurang, yang kemudian di beri nama M.Iez Azmi Rohmatillah. dan kemudian pada tanggal 29 bulan Juni tahun 2009 lahirlah anak ketiganya, dengan model kelahiran yang super lancar, bahkan proses kelahirannya pun ditangani oleh beliau sendiri, dari awal hingga akhir, beliaulah yang menangani kelahirannya secara langsung, karena sang istri tidak mau disaksikan dan dihadiri oleh siapapun, bahkan tidak boleh memberi tahu siapapun, akhirnya setelah sang bayi terlahir barulah bidan datang untuk melakukan tindakan yang semestinya, dan akhirnya sang anak ketiga ini secara resmi diberi nama Neng Dinar Salsabila Bahrie, tentu nama ini bukan tanpa arti, karena saat bulan kehamilan menjelang lahir terjadi musibah, dimana asrama yang pernah dibangunnya terbakar yang disebabkan oleh keteledoran anak anak asuhnya, maka untuk mengenang hal itu beliau memilih nama Neng Dinar Salsabila Bahrie, dengan arti : Dinar yang diambil dari Din (Agama/Pondok) Nar (api/kebakaran) dan Salsabila diambil dari nama air yang ada di surga, jadi dapat diartikan “kebakaran pondok yang dipadamkan oleh air dari surga”. Dan tepat pada tanggal 25 bulan Juni tahun 2015 terlahirlah anak yang ke empatnya, yang kemudian diberi nama Sulthan Auliya Syekh, karena kelahiran anak ke empat ini bertepatan dengan tahun penyelesaian bangunan asrama yang dirintisnya, maka nama itu di abadikan menjadi nama asrama, yaitu Majelis Sulthan Auliya.
Kebanggaan Pertama
Fasilitas pertama yang beliau inisiasi adalah membangun asrama kecil dengan ukuran 3 x 12 meter yang tepat berada di samping rumahnya dengan bahan kayu dan bamboo yang kemudian beliau namakan BAT yang diperuntukan sebagai pusat kegiatan santri asuh sebanyak 10 orang, dan disitulah beliau memulai usaha kecilnya, yaitu usaha penggilingan tepung dan warung jajanan bahkan dengan memelihara beberapa kotak induk tawon di samping rumahnya dengan maksud memproduksi madu untuk dijual, bahkan tak jarang wajah beliau bengkak bengkak karena terkena sengatan tawon. Akhirnya, berkah dari usaha dan kerjasama dengan istrinya akhirnya beliau mulai merencanakan untuk membongkar pondok/asrama yang pada awalnya telah dibangun oleh mertua, ketika beliau meminta izin untuk membongkarnya, maka mertuanya hanya menjawab “heg wae, ngan urang mah moal ngabantuan” sungguh jawaban yang sangat menantang dan memacu adrenalin dosis tinggi, maka meskipun mendapat respon demikian maka dengan meneteskan air mata, beliau memulai pembongkaran asrama, saat itulah air mata diteteskan karena merasa waswas beliau tidak mampu membangun kembali asrama yang pernah dibangun mertuanya, namun berkat motifasi dan doa dari semua pihak akhirnya beliau mampu mengubah asrama/pondok bilik menjadi asrama permanen 3 lantai, yang selanjutnya dinamakan asrama Sulthan Auliya, proses pembangunan asrama tersebut tentu tidak sim salabim abra kadabra, tentu diselesaikan dalam kurun waktu relative lama dengan cara bertahap, hal itu tidak lain karena keterbatasan finansial.
Sejak saat itulah beliau terus melakukan pembangunan dan penambahan fasilitas, baik di pondok maupun madrasah, bahkan pada akhirnya beliau bersama istrinya telah mampu memperluas lahan yang dimilikinya, bahkan dengan jumlah yang relative luas, yaitu tidak kurang dari 3 hektar, yang berlokasi di Blok Rawarati Hegarmanah, yang semuanya beliau dapatkan secara bertahap melalui transaksi pembelian dari beberapa orang, beliau berharap semua yang telah didapatkan dapat dipergunakan sebagai pengembangan pendidikan lanjutan, beliau berharap semua bisa dikembangkan dan dimanfaatkan oleh anak anaknya dimasa mendatang.
Tugas dan Pekerjaan
Sejak berdirinya beberapa lembaga pendidikan, maka beliau tentu saja sibuk mengurusi lembaga yang dirintisnya, disamping sebagai tenaga pendidik (dewan) di pesantren, juga beliau aktif sebagai guru di madrasah atau sekolah, disamping sebagai kepala sekolah yang tentunya harus mengelola kegiatan madrasah dan melakukan konsolidasi keluar secara one man show, dalam hal tugas tambahan beliau juga aktif mengisi tugas sebagai dosen di PJJ Yamisa Soreang Bandung dan merangkap sebagai penyuluh agama di Kementerian Agama membidangi bidang “Radikalisme dan Aliran sempalan” dan untuk melengkapi kemampuannya maka beliau melanjutkan jenjang pendidikannya di Pasca Sarjana S-2 jurusan manajemen pendidikan di perguruan tinggi Syamsul Ulum Gunung Puyuh Sukabumi, dan sekaligus merangkap sebagai mahasiswa Pendidikan Profesi pada UIN Sunan Kalijaga Jogyakarta angkatan 2021.
Manis Pahitnya Perjuangan
Manis pahitnya perjuangan yang dijalani beliau bersama istrinya patut dijadikan inspirasi untuk anak anaknya, dimana kehidupannya tidak dijalani layaknya sulap Abra Kadabra, diawal memulai kehidupannya berumah tangga, tepatnya setahun setelah pernikahannya, beliau mulai pindah rumah dan dituntut melewati bahtera kehidupan secara mandiri. Pada saat itulah beliau mulai melakukan peningkatan dan pengembangan program dan fasilitas di Yayasan yang dirintisnya secara mandiri dan secara manual, belum lagi dilakukan secara one man show, termasuk beliau harus pulang pergi ke Cianjur bahkan sampai ke Bandung hanya menggunakan transportasi angkutan umum, bahkan terkadang beliau melakukan kordinasi ke kantor dinas social provinsi di bandung pun hanya menggunakan kendaraan motor saja.
Dan sebagai upaya untuk menyempurnakan bentuk ikhtiarnya di bidang ma’isyah beliau mulai merintis warung kecil yang menjual jajanan dan bensin eceran dipinggir jalan dengan menempati warung peninggalan salahsatu alumni yang sudah tidak dipergunakan, dan hal tersebut berjalan cukup lama hingga pada akhirnya dari hasil usaha kecilnya itu beliau dan istri tercintanya mulai bisa menabung, bahkan beliau sudah memiliki satu unit motor untuk kemudahan mengurusi segala keperluan hidupnya, dan kian lama usahanya semakin di kembangkan dengan menjual kitab dan sedikit pakaian sesuai permintaan (pesanan), disamping menjalani usaha kecilnya beliau juga disibukan dengan program kegiatan pengelolaan panti asuhan, yaitu mengurusi santri asuh, semua itu dijalani dengan segala kekurangan, bahkan tak jarang beliau bersama istrinya rela memunguti sayur (daun sosin) yang telah dbuang tukang kebun untuk dibawa pulang dan dijadikan sebagai sayur untuk para santri asuhnya. Dan dalam hal bidang usahanya, beliau acapkali belanja kitab ke Sukabumi dengan menggunakan armada motor yang dimilikinya sambil membawa benih kapol (karena tergiur dengan keuntungan bertani kapol). hingga suatu saat terjadi satu kejadian, dimana motor yang dibawanya terlalu berat membawa beban, belum lagi kerumunan benih daun kapol yang menghalangi pandangan mata saat mengendarai motor, ditambah dengan kondisi jalan Campaka-Cipoek memang masih sangat rusak, dimana istrinya yang diboncengi terjatuh dijalan karena berat membawa satu dus belanjaan kitab dengan kondisi jalan yang rusak, namun “lucunya” beliau tidak tahu bahwa istrinya telah terjatuh, setelah berjalan jauh, beliau baru sadar bahwa istrinya yang dibonceng memang terjatuh.
Aktifitas Keseharian
aktifitas sehari hari beliau jalani dengan penuh semangat meski terkadang terasa jenuh, namun demikian beliau tetap menjalaninya dengan tanpa putus asa, setiap hari beliau berangkat ke madrasah, dan bukan hanya sebagai seorang kepala sekolah, namun juga sebagai guru, penjaga sekolah dan teknisi disamping sebagai seorang motivator, hampir setiap hari beliau mengumpulkan para siswa didepan kelas untuk diberi motivasi dan semangat untuk tetap belajar dan berjuang, dan hal tersebut ternyata memberikan kesan terbaik bagi para siswa sehingga mereka memberikan sebutan bagi beliau sebagai Sang Motivator Terbaik.
Diluar jadwalnya sebagai seorang kepala, beliau juga aktif membimbing para santri di asrama untuk mempelajari materi kitab kitab kuning kesukaannya, beliau menyukai kajian kajian bersifat wawasan, dengan materi tafsir dan tasowwuf melalui kajian kitab hikam, dikalangan santri beliau dikenal sebagai guru yang asyik, beliau mengajar tanpa jemu karena selalu diselingi humor dan guyonan.
Disela sela waktu menunaikan tugas pokonya, beliau juga selalu menyempatkan untuk ngotak ngatik elektronik dan ngomputer, baik untuk mengerjakan sesuatu yang penting maupun hanya sekedar menata file atau membuat desain banner atau baligho, bahkan beliau juga selalu biasa menghabiskan waktu untuk membuat karya tulis dan buku buku yang beliau share melaui media social bahkan beliau cetak menjadi buku bacaan ringan.
Perjuangan di Bidang Pemberdayaan
Disamping menginisiasi bidang pendidikan, beliau juga aktif dalam merintis lembaga pemberdayaan dan ekonomi, dan beliau telah berhasil merintis badan usaha dengan didirikannya BUMP (Badan Usaha Milik Pesantren) yang pada awal berdirinya hanya merupakan pelayanan penggilingan tepung dan jasa sablon dengan modal yang beliau dapatkan dari bantuan UEP (Usaha Ekonomi Produktif) dari Dinas Sosial Propinsi, yang pada akhirnya berkembang dan konsentrasi di bidang pelayanan perbankan yang bekerja sama dengan bank Himbara yaitu BNI, BRI, Mandiri, serta BSI, yang melayani segala transaksi perbankan, disamping itu, juga beliau berhasil membuka bidang usaha yang dikelola oleh istrinya, yaitu Usaha Boutiqu, dengan melakukan MoU bersama produsen baju ternama Nibras, dan juga beliau berhasil merintis mini market yang melayani kebutuhan santri dan umum. Bahkan dibidang pelayanan hukum beliau juga telah mendirikan Lembaga Bantuan Hukum (LBH BAJA) Berani Amanah Jujur dan Terpercaya, meskipun hanya sebatas kantor pelayanan dari LBH sahabat beliau, yaitu Yayasan Al-Madinah Cianjur milik sahabat dekat seperjuangannya yang bernama KH. Farid Madani, M.H.
Disisi lain beliau juga masih terus aktif berjuang dan berfikir keras untuk menambah dan memperluas dakwah pendidikannya, yaitu dengan melakukan perluasan lahan untuk merencanakan membuka komplek at-tafsiri dua, yang mengelola pendidikan pesantren dengan varian Pendidikan SMK dan Tahfidz serta program computer dan Amtsilati. semoga segala niat dan rencananya dalam perjuangannya selalu dimudahkan dan mendapat ridho serta bimbingan Allah Swt, hingga akhirnya membuahkan hasil kebahagiaan di dunia dan akhirat, dan pahala nya mengalir untuk orang tua dan guru guru nya.
Amin.
Khitam
Akhir kata, tiada keberhasilan tanpa perjuangan, tiada kemenangan tanpa pengorbanan, itulah ungkapan terbaik yang harus senantiasa tertanam dalam hati sanubari generasi terbaik, melalui tulisan auto biografi ini semoga menjadi buah inspirasi untuk para generasi millennial dalam mengarungi bahtera kehidupan guna berjuang dalam meraih keridhoan Allah Swt. Karena sesungguhnya Allah akan memberi petunjuk kepada mereka yang siap berjuang di jalan Allah Swt ,
وَالَّذِيْنَ جَاهَدُوْا فِيْنَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا
Semoga manis pahit perjuangan yang telah dirintis oleh para pendahulu menjadi amal kebaikan bagi mereka, dan menjadi hikmah terdalam bagi anak anak dan para santrinya dimasa mendatang.
Amin
رَبِّ اجْعَلْنِى مُقِيْمَ الصَّلَوةِ وَمِنْ ذُرِّيَاتِى رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ
Panjang umur dan berkah segala galanya . . .
(baru tau aby lahir bulan juni) ☺️🙏🙏
Semoga aby tetap sehat, panjang umur, dan berkah 🙏🙏
Mohon maaf belum bisa sowan lagi ke At-Tafsiri🙏🥺