- Posted by : Adi Mulyadi
- on : Monday, November 04, 2024
Kisah Ibnu Hajar Si Anak Batu Yang Menjadi Ulama Besar
Kisah Ibnu Hajar Al Asqalani, beliau adalah seorang anak yatim. Ayahnya meninggal pada saat beliau masih berumur 4 tahun, dan ibunya meninggal ketika beliau masih balita. Di bawah bimbingan kakak kandungnya, beliau berkembang sebagai remaja yang tekun, pekerja keras, dan penuh kehati-hatian dalam menjalani hidupnya. Beliau juga menunjukkan tingkat kemandirian yang tinggi. Beliau dilahirkan pada tanggal 22 sya’ban tahun 773 Hijriyah di pinggiran sungai Nil di Mesir. Nama asli beliau ialah Ahmad bin Ali bin Muhammad bin Muhammad bin Ali bin Mahmud bin Ahmad bin Hajar Al-Kannani Al-Qabilah yang berasal dari Al-Asqalan.
Namun, dialah yang lebih dikenal dengan sebutan Ibn Hajar Al Asqalani. Ibnu Hajar means "the son of a stone," while Asqalani is derived from 'Asqalan,' a city situated in the region of Palestine, near Ghuzzah.
Di madrasah, dia dikenal sebagai murid rajin. Tapi, dia juga punya citra sebagai murid yang kurang cerdas, selalu terseret jauh dari teman-temannya. Bahkan sering lupa dengan pelajaran-pelajaran yang telah di ajarkan oleh gurunya di sekolah. Hal ini membuatnya patah semangat dan frustasi.
Beliau pun memutuskan untuk pulang dan meninggalkan sekolah. Di tengah perjalanan pulang, dalam kegundahan hatinya meninggalkan sekolahnya,
hujan pun turun dengan sangat lebatnya, dirinya Segera untuk berteduh didalam sebuah gua. Saat berada di dalam gua, matanya terpaku pada tetesan air yang perlahan-lahan jatuh membelah batu, dan dia jadi terkejut.
Beliau juga merenung dalam hati, sungguh suatu keajaiban.
Melihat insiden tersebut, beliau terdiam sejenak, memikirkan betapa luar biasanya batu bisa terlubangi hanya dengan setetes air. Ia terus memperhatikan tetesan air itu dan akhirnya sampai pada kesimpulan bahwa batu itu berlubang akibat dari tetesan air yang tak putus. Dari peristiwa itu,
seketika ia tersadar bahwa betapapun kerasnya sesuatu jika ia diasah terus menerus maka ia akan menjadi lunak. Batu yang keras saja bisa terlubangi oleh tetesan air.
Apalagi kepala saya yang tidak menyerupai kerasnya batu. Kepala saya pasti akan mampu memahami segala pelajaran dengan baik jika disertai dengan ketekunan, kerajinan, dan kesabaran.
Sejak saat itu, semangat beliau kembali membara. Lalu, beliau kembali ke sekolahnya dan menemui Gurunya, menceritakan peristiwa terbaru yang baru saja dialami. Sejak itulah, Ibnu Hajar mulai mengalami perubahan di dalam dirinya.
Beliau merupakan murid yang sangat pintar, bahkan melebihi teman-temannya yang telah menjadi para Ulama terkemuka. Beliau tumbuh menjadi seorang ulama terkenal dan memiliki banyak karya di dalam kitab-kitab yang terkemuka saat ini. Antara karya-karya terkenal beliau adalah:
- Fathul Baari Syarh Shahih Bukhari
- Bulughul Marom min Adillatil Ahkam
- al Ishabah fi Tamyizish Shahabah
- Tahdzibut Tahdzib
- ad Durarul Kaminah
- Taghliqut Ta’liq
- Inbaul Ghumr bi Anbail Umr
dan lain-lain. Malah diturut muridnya, Imam asy-Syakhawi, karya beliau sampai lebih dari 270 kitab. Sebagian peneliti saat ini telah menghitungnya, dan menemukan hingga 282 kitab. Sebagian besar terkait dengan diskusi hadis, baik dari sudut pandang riwayat maupun dirayat (studi).
Catatan Untuk Kita Semua :
“Kisah Ibnu Hajar Si Anak Batu di atas dapat menjadi motivasi untuk kita semua. Jika kita sungguh-sungguh ikhlas, tekun, dan konsisten dalam belajar, pasti kita akan meraih kesuksesan. " Janganlah pernah menyerah atau kehilangan semangat, karena kegagalan adalah wajar terjadi. Namun, jika Anda mampu bangkit dari kegagalan, itu akan menjadi pencapaian yang luar biasa.
مَنْ جَدَّ وَجَدَ
--------------------------------------------
ۗاِنَّ اللّٰهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوْا مَا بِاَنْفُسِهِمْۗ
"Sesungguhnya, Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, sampai ia sendirilah yang mengubah keadaan mereka sendiri"